Khutbah Idhul Adha
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah!
Hari ini adalah hari Idul Adhha, hari dilaksanakan haji akbar dan muktamar yang agung di tanah suci. Di sana orang orang Muslim mengenakan pakaian ihram, melepaskan diri dari segala beban dan kewajiban untuk beribadah kepada Allah, mengucapkan talbiyah dan tahlil, “Labbaika allahumma labbaik. Labbaika la syarika laka labbaika. Innal hamda wan ni'mata laka wal mulk, la syarika laka labbaika. " Hari ini adalah hari raya yang kedua bagi orang orang Muslim. Mereka mempunyai dua macam hari raya dan tidak ada yang ketiga setelah itu. Allah mengaitkan masing masing di antara keduanya dengan suatu ibadah dan syiar yang agung.
Hari raya yang pertama datang setelah ibadah puasa, datang dengan kegembiraan berbuka. Setiap hari orang yang berpuasa merasakan kegembiraan, yaitu saat berbuka puasa dan karena ketaatan yang dianugerahkan Allah kepadanya, kemudian disusul dengan kegembiraan yang lebih besar di dunia, yaitu dengan berakhirnya puasa selama sebulan penuh. Sedangkan hari raya yang kedua datang setelah ibadah haji, setelah manusia mengerjakan kewajiban ini, setelah mereka wuquf di Arafah, setelah mereka pergi meninggalkan negeri, keluarga dan orang
orang yang dicintainya, untuk berhijrah kepada Allah. Seakan akan Idul Fithri dan Idul
Adhha merupakan imbalan dan pemberian dari Allah untuk hamba Nya. Seakan akan itu merupakan anugerah Allah bagi mereka, karena mereka telah melaksanakan kewajiban puasa dan haji dengan baik.
Inilah hari raya menurut kita kaum Muslimin, yang di dalamnya tampak makna Rabbani dan juga makna insani. Tampak makna Rabbani, karena kaitannya dengan ibadah
ibadah Islam, yang juga diisi dengan shalat dan takbir. Banyak hari raya yang dikenal manusia, yang di dalamnya dijadikan arena untuk mengumbar nafsu dan melampiaskan kesenangan. Tapi hari raya kita orang orang Muslim diawali dengan takbir, diawali dengan shalat. Jadi hari raya adalah hari untuk shalat kepada Allah sebelum aktivitas yang lain. Kita mengagungkan Allah dan shalat kepada
Nya pada hari raya, tidak dengan membisikkan nama makhluk, tapi dengan membisikkan nama Allah semata. Jika manusia menyebutkan nama seseorang pada hari raya mereka, maka kita menyebutkan nama Allah dan mengagungkan Nya, Allahu Akbar Allahu Akbar. Inilah yang disebut hiasan hari raya.
Allah telah berfirman tentang Idul Fithri di akhir ayat yang menyebutkan puasa
"Dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas petunjuk Nya yang diberikan kepada kalian, supaya kalian bersyukur." (Al Baqarah:185).
Sementara pada Idul
Adhha, maka Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam telah mensyariatkan agar dikumandangkan takbir semenjak fajar hari Arafah hingga waktu ashar hari terakhir dari hari
hari tasyriq, jadi sebanyak 23 (dua puluh tiga) shalat. Setelah mengerjakan shalat selama rentang waktu itu orang Muslim mengucapkan takbir.
Hari raya bagi kita orang orang Muslim memiliki dua makna yang agung, makna Rabbani. Artinya, hari raya berkaitan dengan makna-makna iman seperti ini. Adapun makna insani, agar manusia tidak lupa saudaranya, agar dia tidak bergembira sendiri, agar dia tidak egoistis.
Pada Idul Fithri Islam mensyariatkan zakat fithrah. Zakat ini diwajibkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam atas semua orang, yang besar maupun kecil, tua maupun muda, lelaki maupun wanita, orang merdeka maupun hamba sahaya, dengan ukuran satu sha' bahan makanan. Hal ini dimaksudkan sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari segala kotoran, dan sekaligus sebagai santunan bagi orang
HALAMAN SELANJUTNYA:
ConversionConversion EmoticonEmoticon