Untuk sebagian orang, terutama anak, merasa bahwa matematika itu sungguh sangat tidak menyenangkan. Dalam benak mereka matematika itu terdiri dari angka-angka yang rumut dan rumus-rumus yang sulit dimengerti. Matematika dianggap tidak ada cara penyelesaian yang berbeda terhadap suatu masalah, sehingga dianggap sebagai sesuatu yang pasti. Peserta didik belajar matematika di sekolah sebagai sesuatu yang pasti dan tidak boleh salah. Sehingga ini menjadi beban dan menjadi sesuatu yang menakutkan.
Terdapat lima kesesatan dalam belajar matematika, yaitu:
Terdapat lima kesesatan dalam belajar matematika, yaitu:
- Matematika adalah ilmu yang sangat sukar, sehingga hanya sedikit orang atau siswa yang dengan IQ minimal tertentu yang mampu memahaminya. Ini jelas menyesatkan. Meski bukan ilmu yang termudah, matematika sebenarnya ilmu yang selatif mudah jika dibandingkan dengan ilmy lainnya.
- Matematika adalah ilmu hafalan dari sekian banyak rumus. Mitos ini membuat siswa malas mempelajari matematika dan akhirnya tidak mengerti apa-apa tentang matematika. padahal, sejatinya matematika bukanlah ilmu menghafal rumus, karena tanpa memahami konsep, rumus yang sudah dihafal tidak akan bermanfaat.
- matematika selalu berhubungan dengan kecepatan menghitung. Memang, berhitung afalah bagian tak terpisahkan dari matematika, terutama pada tingkat SD. Tetapi, kemampuan menghitung secara cepat bukanlah hal terpenting dalam matematika. Yang terpenting adalah pemahaman konsep. Melalui pemahaman konsep, kita akan mampu melakukan analisi (penalaran) terhadap permasalahan (soal) untuk kemudian mentransformasikan ke dalam model dan bentuk persamaan matematika.
- matematika adalah ilmu yang abstrak dan tidak berhubungan dengan realita. Mitos ini jelas-jelas salah kaprah, sebab fakta menunjukkan bahwa matematika sangat realistis. Dalam arti, matematika marupakan bentuk analogi dari realita sehari-hari. Contoh paling sederhana adalah solusi dari Leonhard Euler, matematikawan Prancis, terhadap masalah Jembatan Konisberg. Selain itu, hampir di semua sektor, teknologi, ekonomi, dan bahkan sosial, matematika berperan secara signifikan.
- matematika adalah ilmu yang membosankan, kaku, dan tidak rekreatif. Anggapan ini jelas keliru. Merki jawaban (solusi) matematika terasa eksak lantaran solusinya tunggal, tidak berarti matematika kaku dan membosankan. Walau jawaban (solusi) hanya satu (tunggal), cara atau metode menyelesaikan soal matematika sebenarnya boleh bermacam-macam.
- Mengubah paradigma
Paradigma anak-anak adalah matematika merupakan pelajaran yang sulit, kepala nyut-nyut, dan sulit. Ubahlah paradigma itu semenjak dini, buatlah metode bermain sambil belajar matematika. Ciptakan ruang gerak bagi anak untuk berimajinasi mengenai soal matematika ini. - Metode Contoh Langsung
Dengan metode ini kita bisa dengan cara memberikan contoh langsung kepada anak atau dengan kata lain menceritakan sesuai dengan kehidupan real. Misal 3 - 2, kita menyediakan 3 tutup botol kemudian diambil 2, jadi kita buat matematika itu adalah sebuah permainan. Namun, jangan lupa selalu menanamkan dan membenamkan memori perhitungan sederhana kepada anak. - Meminimalisir penggunaan cara cepat
Cara cepat biasanya digunakan oleh lembaga bimbingan, memang tidak salah, tetapi perlu dihindarkan jika anak tersebut tidak memahami konsep soal. Bisa saja dengan memodifikasi soal tersebut (padahal esensinya sama), anak itu sudah nyut-nyutan tak bisa mengerjakan soal. Tanamkan pemahaman dengan benar kosnsep yang dipelajari dan dihadapi dalam pengerjaan soal. - Latihan soal Melatih mengerjakan soal sangan penting, jadi anak-anak tidak hanya membaca cara mengerjakan, tetapi anak-anak juga harus praktek mengerjakan soal tersebut. Guru, setelah menjelaskan materi memberikan soal, itu sangat penting, dengan tujuan untuk mengukur tingkat pemahaman anak saan guru tersebut menerangkan pelajaran.
HALAMAN SELANJUTNYA:
ConversionConversion EmoticonEmoticon